Friday, June 10, 2011

ALLAH PUN NAIK BECAK


Tukang tukang becak berduyun duyun dengan pemberontakan jiwanya yang dilindas oleh kekuasaan semena-mena, yg bersembunyi dibalik pasal pasal yang tak pernah jelas dasarnya. Tukang tukang becak darahnya merah, mendidih dan menggelegak, lalu berenang di atas sungai keringatnya sendiri, sembari memprotes penguasa, sampai tingkat paling frustasi; protes kepada Tuhan.
Mereka ramai ramai menengadahkan tangannya ke langit, sambil mengernyitkan jidat dan mengkoma kamitkan bibirnya yang telah lama mongering. Tuhan, kenapa Engkau berikan kursi kekuasaan kepada orang-orang yan gtak peduli pada nasib kemiskinan kami.
Kenapa Engkau limpahkan mandat keamanan negeri pada aparat yg dengan bersuka ria mengobrak abrik nafas kami. Mengapa penguasa-penguasa kami lupa pada ibundanya, padahal kami kami yang dibawah inilah yang menyangga kelahiran mereka, bahkan kokohnya pilar pilar istana mereka. Mengapa tangis-tangis kami hanya menjadi bahan sinisme dan tertawaan pesta-pesta mereka. Tuhan, dimana keadilan Mu, dimana pula Cinta dan Kasihmu.
Doa tukang becak menusuk langit hingga tembus sampai Arasy Ilahi sana. Doa yang menggetarkan malaikat dan berjuta juta ruh yang bergemuruh dengan tasbihnya. Tiba tiba suara menggema dari langit. Wahai hamba-hambaKu tercinta. Akun memang menakdirkan sebuah kezaliman bagi kekuasaan yang menindas, karena aku hendak menghancurkan rezim yang menginjak nginjak hati nuranimu. Aku memang mengutus seorang yg telah lama alpa kepada Ku, tak pernah menyebut nama Ku, tak permah menggetarkan jantung Ku, kecuali Aku telah lama dijadikan legitimasi politik belaka. Aku dijadikan symbol dalam bendera-bendera mereka, bahkan jihad-jihad mereka. Ketahuilah wahai para abang becak yang Kucinta, sesungguhny Aku menyertaimu ketika kalian sedang mengayuhkan pedal pedalmu, Aku mengalir diantara peluh keringatmu, bahkan Aku berada diantara nafas-nafas beratmu. Aku sudah lama menyertai kesabaranmu, bahkan terasa bagitu indah doa-doamu, bagai melodi biola gesekan para bidadari Ku.
Oh, Tuhanku, pinta para tukang becak itu lagi. Aku bersama mereka dan berjuta-juta yang lapar, yang tersingkirkan dari nasib keberuntungan sejarah. Sesungguhnya aku masih ingin protes pada wakil-wakilku di Senayan itu. Tiba-tiba mereka jadi bisu, jadi kaku, jadi beku. Apakah karena salju-salju kekuasaan dan uang pendingin telah membungkus tubh dan jiwa mereka? Pasti di akhirat nanti, mereka akan saya paksa untuk menjadi tukang-tukang becak, mengayuh pedal mengantarku ketempat tujuan, ke syurga sana. Gubernur, Walikota, Presiden, Wakil Presiden, Ketua DPR, Ketua MPR dan ketua fraksi-fraksi dan semua kaum senayan itu, wahai Tuhanku, jadikan anak cucu mereka, tukang becak semua.
Suara dari langit menggema lagi, Wahai nafas jiwaKu, Aku mendengar rintihanmu. Aku senantiasa berada di atas pengkuan becakmu. Aku diantra celah celah-celah kerut jidatmu, berada di dalam otot-otot cobaan yg mengaliridarahmu, berada dlam istirahatmu ketika senja tiba dan dinginnya malam menjadi selimutmu. Ingatlah wahai getaran ruhKu, sejarah telah menjadi pelajaran manusia, ketika sejarah hendak menutup buku catatannya dengan su ul khatimahnya, pasti sejarah itu dihuni oleh kaum munafikin, fasikin, kadzibin, dan pendusta lainnya. Seluruh nafasmu, basah keringatmu, ayunan kakimu, akan Kutimbang lebih dibanding darah para pahlawan syuhada.
Suara it terus mengema, bergema dan membentur dinding perbukitan, membentur dinding kemunafikan, merobohkan altar-altar kekuasaan. Wahai tukang becak diseantero bumi Ku, kalianlah yang kelak lebih dahulu masuk syurgaku. Sementara orang-orang yang menikmati keringatmu, meminum darahmu, memperkosa jasadmu, memperdayai nasibmu, akan Ku celup dalam ribuan tahun dalam neraka Ku, akan Ku cuci darah korupsinya, daging manipulasinya, kulit-kulit ambisainya, mulut-mulut kedustaannya, ,mata-mata nanar pesona duniawinya, nafas-nafas kebinatangannya, dalam air mendidih di atas bara api yang dibakar oleh nafsu, dan kekejaman hatinya yg membatu. Begitulah Aku dan KekuasaanKU.
Ribuan wajah tukan becak menunduk, menjenguk hati masing-masing. Ribuan wajah pucat pasi, kehabisan darah masa depannya.

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger

Total Pageviews

Followers