Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-komponen berdasarkan perrbedaan kecepetan migrasi masing-masing komponen diantara dua fasaa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kecepatan perpindahan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan kemampuan masing-masing komponen untuk diserap (adsorpsi) atau perbedaan distribusi diantara dua fase yang tidak saling bercampur ( partisi). Pemisahan suatu campuran secara kromatografi dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa teknik kromatografi yaitu kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis (TLC). Kedua teknik terakhir dapat dianggap sebagai teknik terbuka dari kromatografi kolom.
(Tim Dosen Kimia Organik, 2010: 39).
Pada fenol, gugus OH mengaktifkan cincin benzene. Oleh karena itu pada nitrasi fenol dengan asam nitrat pekat, dihasilkan campuran yang dihasilkan dari o-nitrofenolsebagai hasil utama, p-nitrofenol dalam jumlah yang lebih sedikit dan sedikit 2,4-dinitrofenol serta2,4,6-trinetrofenol. Bila campuran hasil nitrasi yang masih kotor ini di masukkan kedalam kolom yang berisi alumina (Al2O3) dan dielusi dengan metilen klorida, maka fraksi-fraksi eluen dapat dikumpulkan, dimana masing-masing fraksi mengandung satu komponen yang identitasnya ditentukan dengan kromatografi lapis tipis.
(Tim Dosen Kimia Organik, 2010: 49).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan kromatografi kertas (KKt) adalh metode kromatografi lapis cair yang paling sederhana hakikatnya KLT melibatkan dua peubah: sifat fase diam atau sifat lapisan, dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). (Fasa diam pada KLT sering disebut penjera, walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam system kromatografi cair-cair). Hampir segala macam serbuk dapat dan telah dipakai sebagai penjerap pada KLT, tetapi kita akan membatasi pembahasan kita pada empat penjerap yang paling umum dipakai: silica gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatome), dan selulosa (Gritter, 1991: 107-109)
Kromatografi lapis tipis mirip dengan kromatografi kertas. Bedanya kertas digantikan dengan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapis tipis adsorben seperti alumina, silica gel, selulosa atau materi lainnya. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat reprodesibel (bersifat boleh ulang) daripad kromatografi kertas (Drs. Soebagio dkk, 2000: 58)
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal ditemukan. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi terapan atau adsorpsi berdasarkan jenis fasa yang digunakan. Fasa diam berupa adsorben yang tidak boleh larut dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam harus seragam. Zat pengotor yang terdapat pada fasa diam dapat menyebabkan adsorpsi tidak reversible. Sebagai fasa diam dapat digunakan alumina, silica gel, arang, bauksit, magnesium kerbonat, talk, pati, sekilator, gula, dan tanah diatome. Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dlakukan dengan cara kering dan cara basah. Fasa gerak pada kromatografi kolom dapat berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat berupa pelarut polar dan pelarut non polar. Umumnya senyawa non polar dengan berat molekul kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam (Drs. Soebagio, dkk. 2000: 81-82).
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan fase yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Kromatografi kolom bertujuan untuk purifikasi dan isolasi komponen dari suatu campurannya (Anonim A, 2010)
Kromatografi kolom menunjukan adanya prinsip yang sama yang digunakan dalam kromatogtafi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala besar pada pemisahan campuran. Kromatografi sering kali digunakan untuk pemurnian senyawa di leboraturium. Berbagai ukuran kolom dapat digunakan dimana hal utama yang dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel-sampel tanpa mealui fase diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang kolom harus sekurang- kurangnya 10 kali ukuran diameternya. Jika kita mempunyai kolom dengan panjang 20 cm, dan diameternya 1 atau 2 cm. Bahan pengemasnya suatu adsorben seperti alumina atau resin penukar ion, dimasukkan dalam bentuk suspense kedalam porsi fasa bergerak dan dibiarkan diam dalam komponen basa dengan sedikit cairan (Anonim B, 2010)
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu kromatografi yang berdasarkan adsorpsi, tahapan analisis dengan kromatografi lapis tipis sama pada kromatgrafi kertas adalah waktu alusi yang relative lebih pendek dan dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Kromatografi lapis tipis menunjukkan berbagai gerakan pelerut, pelarut bergerak ke atas melalui lapisan, menguap dari lapisan sebelah bawah garis pelarut dan terserap oleh lapisan disebelah atas garis depan. Kelebihan kromatografi tipis yang lain adalah pemakaian pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit, kemungkinan penotolan cuplikan berganda dan tersedianya berbagai metode seperti KCP, KCC dan kromatografekslusi (Anonim C, 2010)
No comments:
Post a Comment